Saya dan Sepakbola

Ada bermacam alasan kenapa orang menyukai sepakbola. Mulai dari yang sekedar hobi, ikut-ikutan teman, hingga karena jatuh hati dengan ke-ganteng-an para pemainnya.

Dan sebagai pengumuman, saya tidak termasuk golongan yang terakhir itu. He he.

Tapi setidaknya ada 3 sebab empirik mengapa saya suka sepakbola.  Yang pertama, sepakbola telah dengan ajaib “menyelamatkan” hidup saya.

Ketika kecil hingga usia SD, saya mengidap penyakit asma turunan yang lumayan membuat frustasi saya dan keluarga. Rasanya menyiksa sekali. Batuk berdahak dan sesak nafas. Coba anda praktikkan ini: tarik nafas hanya 1 detik, hembuskan lagi hanya dalam waktu 1 detik tanpa ditahan. Lalu ulangi lagi. Sempit sekali bukan? Itulah yang saya rasakan ketika asma saya kambuh. Tak jarang pukul 01.00 dini hari saya dibawa ke UGD RS Sardjito oleh orang tua untuk memperoleh oksigen ekstra.

Obat bentuk tablet, kapsul, sirup, dan yang asap-asapan itu sudah dicoba, belum berhasil. Olahraga renang yang notabene dapat melatih pernafasan juga saya coba.  Tetapi asma tidak sembuh juga, lebih karena mengambang pun saya tak bisa. Hingga akhirnya saya iseng –memang hanya iseng- ikut teman saya mendaftar di Sekolah Sepakbola AMS Seyegan.

Selama kurang lebih 3 tahun, di AMS saya “dipaksa” berlari di panas matahari, keliling lapangan berkali-kali. Ajaibnya, dengan latihan yang super berat itu asma saya belum pernah kambuh, justru makin hari makin menghilang. Yang pada akhirnya tidak pernah kambuh lagi hingga sekarang. Alhamdulillah. Jika tak main bola, mungkin asma masih hinggap di tubuh saya.

Kedua, dengan bermain sepakbola, saya diberi peluang untuk mengenal banyak orang. Saat SMA saya  mengenal banyak kakak kelas lewat sepakbola. Saat awal kuliah pun begitu. Disaat yang lain masih takut berteman dengan kakak angkatan, saya sudah kenal beberapa senior juga lewat sepakbola. Yang demikian itu juga berlanjut ketika saya sudah punya adik kelas, saya kenal mereka juga lewat sepakbola. Maka bagi saya, sepakbola juga sarana silaturahmi dan memperluas relasi.

Dan yang ketiga, adalah sebab yang tak bisa dijelaskan.

Saya ingat betul episode serial Captain Tsubasa, dimana saat itu ia sedang berambisi menang namun menemui lawan yang susah dikalahkan. Kepada Tsubasa yang sedang stuck itu, Roberto Honggo, sang inspirator Tsubasa, hanya berpesan untuk mengingat isi buku catatan miliknya halaman 55 (kalau tidak salah). Isinya kurang lebih demikian, bermain sepakbola hanya karena engkau menyukainya. Seketika Tsubasa seakan memiliki sayap dan lincah menggiring bola. Ia sadar, bukan kemenangan yang jadi alasan, tapi kecintaannya pada sepakbola yang membuatnya terus bermain. Barangkali itulah passion. Kira-kira saya pun demikian. Sehingga kalau dalam dua hari ini saya menolak bermain bola di liga antar angkatan karena kurang sehat, adalah keputusan yang berat.  Sangat berat.

Tiga sebab itulah kiranya, kenapa sepakbola jadi kesukaan saya. Maka saya sangat jengkel dengan orang-orang yang bermain kasar dalam sepakbola (walau kadang, kadang lho, saya juga kasar). Karena bagi saya, sepakbola lebih dari sekedar permainan. Ia pernah jadi sarana Tuhan untuk menyembuhkan. Ia juga telah membuka lebar jaringan pertemanan.

Lalu, kenapa anda suka sepakbola?

 

*gambar diambil dari sini

Leave a comment